PENDAHULUAN
China merupakan Negara yang sering kita kenal sebagai Negara yang maju
akan pendidikannya. Seperti halnya telah disebutkan dalam sebuah hadits
“ carilah ilmu sampai negeri china”. Untuk itu kami akan menjelaskan
sedikit mengenai Negara China, baik dari sistem pemerintahan maupun
letak geografisnya.
PEMBAHASAN
STUDI TENTANG POTRET SISTEM PENDIDIKAN DI CHINA
A. Potret Sistem Pemerintahan
Republik Rakyat Cina juga disebut Republik Rakyat Tiongkok/RRT Adalah
sebuah negara komunis yang terdiri dari hampir seluruh wilayah
kebudayaan, sejarah, dan geografis yang dikenal sebagai Cina/Cina.
Sejak didirikan pada 1949, RRC telah dipimpin oleh Partai Komunis Cina
(PKC). Sekalipun seringkali dilihat sebagai negara komunis, kebanyakan
ekonomi republik ini telah diswastakan sejak tiga dasawarsa yang lalu.
Walau bagaimanapun, pemerintah masih mengawasi ekonominya secara
politik terutama dengan perusahaan-perusahaan milik pemerintah dan
sektor perbankan. Secara politik, ia masih tetap menjadi pemerintahan
satu partai.
RRC adalah negara dengan penduduk terbanyak di dunia, dengan populasi
melebihi 1,3 milyar jiwa, yang mayoritas merupakan bersuku bangsa Han.
RRC juga adalah negara terbesar di Asia Timur, dan ketiga terluas di
dunia, setelah Rusia dan Kanada. RRC berbatasan dengan 14 negara:
Afganistan, Bhutan, Myanmar, India, Kazakhstan, Kirgizia, Korea Utara,
Laos, Mongolia, Nepal, Pakistan, Rusia, Tajikistan dan Vietnam. Kepala
negaranya dipimpin oleh seorang presiden.
B. Kondisi demografi china
Letak geografis china
− Sebelah utara : Mongolia, Rusia, dan Kazakhtan
− Sebelah barat : Pakistan, Kirgnistan, dan Tadzikistan
− Barat daya : India, Bhutan, dan Nepal
− Selatan : Asia Tenggara
− Timur : Korea dan Jepang
C. Filsafat Pendidikan di China
Sikap orang Cina yang mementingkan pendidikan di dalam kehidupannya
tela melahirkan sebuah filofis orang Cina mengenai pendidikan dan
pendidikan ini telah lama menjaga kekuasaan Cina berapa lama, sampai
pada masuknya bangsa asing ke Cina yang akan merubah wajah sistem
pendidikan kuno di Cina.
Tradisi pemikiran falsafah di Cina bermula sekitar abad ke-6 SM pada
masa pemerintahan Dinasti Chou di Utara. Kon Fu Tze, Lao Tze, Meng Tze
dan Chuang Tze dianggap sebagai peletak dasar dan pengasas falsafah
Cina. Pemikiran mereka sangat berpengaruh dan membentuk ciri-ciri
khusus yang membedakannya dari falsafah India dan Yunani.
Dalam upaya melihat bahwa teori dan kehidupan praktis tidak dapat
dipisahkan, kita perlu melihat bagaimana orang Cina memahami hubungan
antara teori dan praktek dalam suatu pemikiran yang bersifat falsafah.
Kita juga perlu mengetahui bagaimana teori dihubungkan dengan kehidupan
nyata. Ada dua perkara yang harus dikaji dan ditelusuri secara
mendalam: Pertama, konsep umum tentang ‘kebenaran’ dalam falsafah Cina;
kedua, kemanusiaan yang dilaksanakan dalam kehidupan nyata dan
kemanusiaan yang diajarkan para filosof Cina dalam sistem falsafah
mereka. Secara umum pula pemahaman terhadap dua perkara tersebut
ditafsirkan dari Konfusianisme, yaitu ajaran falsafah yang dikembangkan
dari pemikiran Konfusius. Konfusianisme sendiri berkembang menjadi
banyak aliran, di antaranya kemudian dikembangkan menjadi semacam
agama, dengan kaedah dasar dari ajaran etikanya yang dirujuk pada
pandangan atau ajaran Konfusius. Sebagai ajaran falsafah pula,
Konfusianisme telah berperan sebagai landasan falsafah pendidikan di
Cina selama lebih kurang 2000 tahun lamanya. Karena itu ia benar-benar
diresapi oleh bangsa Cina secara turun temurun selama ratusan generasi.
Konfusisnismelah yang mengajarkan bahwa antara teori dan praktek tidak
dapat dipisahkan dalam kehidupan individu atau masyarakat. Dalam
Konfusianisme, seperti dalam banyak falsafah Cina yang lain, pemikiran
diarahkan sebagai pemecahan masalah-masalah praktis . Karena itu
falsafah Cina cenderung menolak kemutalakan atau pandangan hitam putih
secara berlebihan. Kebenaran harus diuji dalam peristiwa-peristiwa
aktual dalam panggung kehidupan, dan baru setelah teruji ia dapat
diakui sebagai kebenaran.
D. Sistem Pendidikan China
Ada sebuah hadist mengenai pendidikan, yang dalam bahasa Indonesia
berbunyi: “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina”. Dalam hadist ini
muncul satu negara, yaitu negeri Cina. Dari hadist ini timbul
pertanyaan, ada apa dengan pendidikan cina sehingga dapat dijadikan
panutan untuk negeri lain. Dalam buku Muhammad Said dan Junimar Affan
(1987: 119) yang berjudul Mendidik Dari Zaman ke Zaman dikatakan bahwa:
“Di negeri Cina pendidikan mendapat tempat yang penting sekali dalam
penghidupan”. Dengan mendapatkan peranan yang sangat penting dalam
kehidupan masyarakat, membuat sistem pendidikan di Cina meningkat.
Sikap orang Cina yang mementingkan pendidikan di dalam kehidupannya
tela melahirkan sebuah filofis orang Cina mengenai pendidikan dan
pendidikan ini telah lama menjaga kekuasaan Cina berapa lama, sampai
pada masuknya bangsa asing ke Cina yang akan merubah wajah sistem
pendidikan kuno di China. Tetapi, pada kesempatan ini tidak menjelaskan
sampai masuknya bangsa asing ke Cina. Permulaan pendidikan Cina kuno
mencampai puncak dimulai pada Dinasti Han, dimana ajaran Kung fu Tse
kembali lagi diangkat dan diterapkan dalam kehidupan masyarakat Cina,
yang sebelumnya ajaran ini dibrangus oleh penguasa sebelumnya.
Masyarakat Cina yang menganggap pendidikan sejalan dengan filsafat,
bahkan menjadi alat bagi filsafat, yang mengutamakan etika (Muhammad
Said dan Junimar Affan, 1987: 119). Anggapan ini membuat pendidikan di
Cina mengiringi kembalinya popularitas aliran filsafat Kung Fu Tse di
dalam masyarakat Cina. Pada masa Dinasti Han banyak melahirkan para
sarjana-sarjana yang kelak akan memimpin negara dan telah membuat
Dinasti Han sebagai salah satu dinasti yang besar dalam sejarah Cina.
Sistem pendidikan yang dikembangkan oleh bekas pengikut-pengikut Kung
Fu Tse ini telah melahirkan sebuah golongan yang terkenal dalam sejarah
Cina dan menentukan perjalanan kekuasaan Dinasti Han, yaitu Kaum
Gentry. Kaum gentry merupakan suatu komunitas orang-orang terpelajar
yang telah menempuh pendidikan dan sistem ujian Negara. Sistem
pendidikan yang diterapkan oleh pihak pemerintahan pada saat itu pada
awalnya bertujuan untuk mencari calon-calon pejabat pemerintahan yang
beraliran konfusius. Jenjang pendidikan didasarkan atas tingkatan
daerah administrative pemerintahan. Setiap distrik memiliki
sekolah-sekolah, sampai pada akademi di ibukota kerajaan. Setiap
jenjang tersebut diharuskan melewati system ujian yang terbagi ke dalam
tiga tahapan. System ujian ini dinilai sangat berat, dikarebakan dari
banyak orang yang ikut ujian ini hanya beberapa yang berhasil lulus.
Kekaisaran dinasti han telah memberikan dasar-daar pada sistem ujian di
daratan Cina, walaupun selanjutnya ada perubahan dan penambahan. Sistem
pendidikan ini juga membawa perubahan pada stratifikasi masyarakat dan
pola prestise dalam masyarakat. System pendidikan yang menghasilkan
lulusan-lulusan pelajar secara alami membentuk kelas baru, yang pada
akhirnya menggeser posisi bangsawan dalam stratifikasi masyarakat Cina.
Dan pola prestise dalam masyarakat, dimana masyarakat tidak lagi
sepenuhnya memandang orang dari kepemilikan harta atau keturunananya,
tetapi masyarakat memandang seseorang dari jenjang pendidikan yang
telah ditempunya. Disamping itu, kaum gentry ini diberikan penghormatan
dan penghargaan berupa hak-hak istimewa dari pemerintahan dan
masyarakat.
Pada masa Dinasti Han sudah terdapat sebuah system pendidikan yang
ketat. Para pegikut-pengikut konfusius yang berada di beberapa daerah
distrik mendirikan sekolah-sekolah yang bersifat informal. Disebut
sekolah informal dikarenakan proses belajar mengajar yang dilakukan
tidak terikat oleh tempat atau waktu. Dengan menggunakan gambar yang
tertera dalam pembelajaran dapat diketahui metode mengajar yang
digunakan para guru dalam menyampaikan bahan materi pelajaran. Jadi
dari gambar dan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa metode
mengajar yang digunakan oleh guru pada saat itu ialah metode
ekspositori (ceramah). Penyimpulan ini dikarenakan yang dilakukakan
serupa dengan metode ekspositori, dimana guru lebih aktif disini dalam
mentransfer ilmu kepada para murid. Setelah tahapan belajar mengajar,
maka melangkah kepada tahapan evaluasi atau system ujian. System ujian
yang berlaku pada masa Dinasti Han merupakan suatu hal yang unik dalam
system pendidikan Cina. Pada masa itu sudah berkembang suatu system
evaluasi yang sangat kompleks. Menurut Rochiati Wiriaatmadja, A.
Wildan, dan Dadan Wildan (2003: 144 – 145) mengatakan bahwa ujian ini
dibagi ke dalam tiga tahap atau jenjang. Tiga tahap ujian tersebut
antara lain: Ujian tingkat pertama diadakan di beberapa ibukota
prefektur (kabupaten). Calon pegawai yang dapat melewati ujian tahap
pertama ini diberi gelar Hsui-Tsai, bila diartikan yaitu “bakat yang
sedang berkembang”. Selanjutnya, ujian tingkat dua yakni ujian tingkat
provinsi untuk mencapai gelar Chu-Jen, yakni “orang yang berhak
mendapatkan pangkat”. Orang-orang yang berhak mengikuti tahapan ujian
ini yaitu orang-orang yang telah mendapatkan gelar Hsui-Tsai. Para
peserta ujian tidak langusng mengikuti ujian, tetapi mereka diharuskan
mengikuti latihan di akademi prefektur dalam rangka menghadapi
persiapan ujian Chu Jen. Ujian provinsi ini diadakan tiga tahun sekali.
Mereka yang dapat lulus dari ujian ini dengan nilai tertinggi akan
mendapatkan tunjangan belajar. Pada tahap akhir yaitu ujian tahap tiga
yang diadakan di ibukota kerajaan. Ujian ini diadakan setiap tiga tahun
sekali, dilaksanakan setahun setelah ujian provinsi. Tahapan ujian
bertujuan untuk mendapatkan gelar Chih Shih, yakni “Sarjana naik
pangkat”.
Ujian tersebut dilaksanakan di ruang dalam bangunan-bangunan yang
sangat panjang dan lurus. Bangunan panjang tersebut terdiri dari
kamar-kamar kecil yang disekat (dapat dilihat dalam lampiran 2 &
3). Calon pegawai tersebut tinggal di dalam kamar selama sehari untuk
ujian tahap pertama, tiga hari untuk ujian tahap kedua, dan lebih lama
lagi untuk ujian tahapan ketiga. Output-output yang dikeluarkan dari
system pendidikan ini disalurkan menjadi pegawai-pegawai pemerintahan
dan mereka yang gagal dalam mengikuti ujian ini akan menjadi
tenaga-tenaga pengajar di daerah asalnya.
E. Kebijakan Pemerintah
Pendidikan memiliki peranan yang sangat strategis dalam membangun suatu
masyarakat bangsa. Melalui pendidikan suatu bangsa dapat mengembangkan
masyarakatnya menjadi masyarakat dan bangsa yang maju. Karena melalui
pendidikan akan dapat dikembangkan sumber daya manusia yang berkualitas
sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang ingin
dikembangkanya. Semua keberhasilan itu, tidak terlepas dari upaya yang
dilakukan oleh para pemimpin Cina dalam melakukan reformasi dalam
berbagai aspek kehidupan di Cina, terutama dalam dunia pendidikan.
Cina, dalam beberapa tahun terakhir, berhasil membuat prestasi yang
sangat mengagumkan, yaitu merubah kondisi sosial ekonomi masyarakatnya,
yang tadinya hanya sebagai negara berkembang, yang hanya mampu
menyediakan kebutuhan dasar masyarakatnya, kemudian berubah dan masuk
ke tahap awal menjadi masyarakat yang makmur. Perubahan yang dialami
Cina merupakan perubahan yang sangat berarti. Perkembangan ekonomi dan
kemajuan yang dialami Cina sangat dikagumi dunia dan dihormati oleh
banyak kalangan. Keyakinan mereka membangun bangsa melalui sektor
pendidikan terlihat dari upaya ekspansi yang berkelanjutan yang
dilakukan sejak tahun 1980 sampai awal tahun 1990. Selama periode ini,
pendidikan terus mengalami kemajuan secara cepat, dan banyak inovasi
yang historis selama dekade tersebut.
Kemajuan dunia pendidikan yang terjadi di akhir 90-an dan awal 2000 di
Cina tidak lepas dari peran dari seorang birokrat yang memiliki visi
dan komitmen yang kuat terhadap dunia pendidikan. Li Lanqing, yang pada
tahun 1993 di angkat menjadi Wakil Perdana Menteri Cina, sekaligus
ditugasi untuk menangani masalah pendidikan di negeri tirai bambu
tersebut, adalah orang yang dianggap berhasil melaksanakan tugasnya
mendorong kemajuan Cina melalui reformasi dalam bidang pendidikan. Li
Lanqing sebenarnya bukan tokoh yang berlatar belakang bidang pendidikan.
Pada tahun 1993, tercatat, guru memiliki gaji yang rendah dan disadari,
kondisi ini akan berpengaruh terhadap kinerja dan profesionalitas guru
dalam melaksanakan tugasnya. Bagaimana dapat menuntut guru melaksanakan
tugas dengan optimal, kalau dirinya menghadapi masalah dengan
kesejahteraan diri dan keluarganya. Pada tahun 1989, dana dari negara
untuk pendidikan hanya 9,4 milyar yuan. Dengan dana sebesar itu, tidak
banyak yang bisa dilakukan untuk mengembangkan dunia pendidikan, yang
harus melayani masyarakat lebih dari satu milyar orang. Li Lanqing
memandang bahwa yang bertanggung jawab menyediakan pendidikan yang
layak adalah pemerintah. Pendidikan dasar, khususnya untuk wajib
belajar, sangat tergantung pada alokasi dana dari pemerintah. Demikian
juga dengan pembiayaan pengembangan infrastruktur untuk pendidikan
keterampilan dan pendidikan tinggi, sangat bergantung pada dukungan
dana dari pemerintah. Hanya permasalahannya adalah semua itu harus
diatur dengan undang-undang.
Beberapa inovasi lain telah digulirkan Cina adalah, diberlakukannya
wajib pendidikan dasar 9 tahun dan penghapusan buta huruf bagi anak
muda dan setengah baya. Inovasi ini berhasil meningkatkan tingkat
pendidikan nasional secara berarti. Pendidikan tinggi dikembangkan
secara cepat dengan beberapa perubahan awal, diantaranya pembelajaran
dikembangkan dengan menekankan pada peningkatan kualitas siswa, seperti
mengembangkan karakter siswa sebagaimana penguasaan pengetahuan
(kognisi). Penggunaan teknologi informasi dalam pendidikan juga telah
berhasil mendorong mempercepat moderinisasi. Kompensasi, kesejahteraan
dan status sosial guru telah banyak dikembangkan, dan membuat profesi
tersebut mendapat respek dan penghormatan dari masyarakat. Pendidikan
swasta berkembang dengan cepat. Hal ini ditandai dengan banyak jenis
sekolah dibangun. Pertukaran pendidikan dan kerja sama dengan negara
lain secara aktif dan luas telah memperkuat daya saing/kompetisi di
dunia.
Pada dekade terakhir, sejumlah permasalahan besar telah terpecahkan.
Total dana pendidikan nasional telah mencapai rata-rata 20% per tahun,
dan mencapai 548 milyar yuan pada tahun 2002, lima kali lebih banyak
dibanding tahun 1993. Di akhir abad 20, wajib pendidikan dasar 9 tahun
telah mendekati universal dan remaja dan orang-orang setengah baya
telah bebas dari buta huruf, sementara pendidikan menengah telah
meningkat dengan sangat pesat. Sejak tahun 1999, institusi pendidikan
tinggi telah mengerahkan banyak siswa setiap tahunnya hingga tahun
2002. Terdapat 16 juta siswa di jenis pendidikan tinggi yang berbeda.
Berdasarkan statistik UNESCO terakhir skala pendidikan tinggi Cina
adalah terbesar di dunia. Selama sepuluh tahun perubahan dan
pengembangan secara keseluruhan telah menciptakan suatu pemandangan
pendidikan baru di Cina.
F. Kurikulum Pendidikan
Untuk mengembangkan pendidikan karakter tersebut, maka Li Lanqing
melakukan reformasi pada kurikulum, buku teks, dan sistem evaluasi dan
testing. Kurikulum sekolah dikembangkan sesuai dengan potensi yang
dimiliki anak; kurikulum diarahkan untuk memfasilitasi semua potensi
yang dimiliki anak agar berkembang secara optimal, melaksanakan
pembelajaran yang berorientasi pada siswa melalui diskusi, mendorong
pada pengembangan berfikir inovatif, dan pembelajaran yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
http://juanfranklinsagrim.blogspot.com
http://ahmadsamantho.wordpress.com
http://www.ilmupendidikan.net
0 komentar:
Posting Komentar